Setelah pengumuman hasil pemilu legislatif 2009, para parpol kerap mondar-mandir keliling rumah Tokoh Elit Politik untuk membahas sebuah Koalisi Besar dengan menamakan diri kerjasama legislatif dalam pemerintahan periode 2009-2014. padahal secara kasap mata koalisi besar tersebut hanya sebuah intrik bagi-bagi kekuasaan semata. Dan orientasinya pada kemenangan belaka. Semakin polutifnya kondisi politik kita? Dimana kolalisi hanya dijadikan ajang memperoleh hasrat kekuasaan dan bagi-bagi posisi dipemerintahan kelak bagi para Elit partai politik. Entah faktor apa yang membuat partai-partai keluar dari ideologi dan platformnya sehingga mau berkoalisi dengan partai lain yang notabenenya berbeda secara ideologi dan platform tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Prof. Din Syamsudin bahwa telah terjadi distorsi makna atas gagasan koalisi strategis partai-partai Islam menjelang Pemilu 2009. koalisi strategis bisa disebut sebagai poros tengah tetapi maknanya berbeda dengan poros tengah 2004. Ia menjelaskan koalisi strategis partai-partai Islam tidak sekadar koalisi menghadapi pemilihan presiden tetapi juga dalam menghadapi persoalan strategis kebangsaan. Din juga menilai partai-partai Islam atau yang berbasis
Koalisi itu digagas dan dibentuk untuk mencapai sebuah tujuan yang mungkin dicapai pada saat pilkada digelar. Hanya sayangnya ada kelemahan kalau hanya menggagas koalisi sempit seperti itu. Koalisi seperti ini gampang bubar karena orientasinya adalah kemenangan dalam kemenangan mensyaratkan pembagian kekuasaan secara bersama dan secara adil. Kerap terdengar bagaimana setelah pilkada banyak pihak yang tadinya mengusung calon tertentu malah kemudian ”balik kanan” dan menjadi rival politik. Apa yang tadinya digagas untuk menyelenggarakan pembangunan secara bersama-sama malah bubar di tengah jalan dan menjadi kontraproduktif dengan apa yang seharusnya bisa dicapai bersama. Masyarakat juga akan bingung dalam menentukan pilihan manakala koalisi strategis yang memang sangat rentan tadi bubar. Masyarakat akan sulit menentukan pilihan politik—sebagaimana lazim di negara maju—yang akan terus dipegang karena diyakini sebagai keputusan politik penting dalam hidup mereka. Karena itulah ketika pembicaraan mengenai koalisi-koalisi ini sedang menghangat, ada baiknya para politisi meninggalkan sifat pragmatis sesaat. Koalisi tetaplah merupakan upaya untuk memenangkan kompetisi tetapi sebaiknya digagas dalam jangka yang panjang. Kalaulah koalisi tertentu gagal dalam memperoleh suara signifikan, misalnya, maka yang dipentingkan bukanlah mencari kambing hitam dan saling tuding tetapi justru semakin mengasah kemampuan membangun koalisi politik yang sehat. Kita berharap bahwa pembicaraan mengenai gerakan-gerakan politik saling mendukung dalam bentuk koalisi ini bisa diarahkan ke dalam bentuk yang paling baik dan paling berarti bagi bangsa ini, bukan hanya paling baik bagi elit politik maupun partainya saja. (EH/2009)
BEM FISIP
Universitas Pancasakti Tegal
http://fisipups.wordpress.com
0 Komentar untuk "Menipisnya Fungsi dan Peran Koalisi Bagi Partai Politik"