1. Feodalisme
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, feodalisme adalah system sdsial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan, system social yang menagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan prestasi kerja, sistemsosial di Eropa pada abad Pertengahan yang ditandai oleh kekuasaan yang besar ditangan tuan tanah.
Dalam id.wikipedia.org, feodalisme adalah sebuah system pemerintahan dimana seorang pemimpin, yang biasanya seorang bangsawan memiliki anak buah banyak yang juga masih dari kalangan bangsawan juga tetapi lebih rendah dan biasa disebut vasal. Para vassal ini wajib membayar upeti kepada tuan mereka. Sedangkan para vassal pada giliran ini juga mempunyai anak buah dan abdi-abdi mereka sendiri yang memberi mereka upeti.
Sejak itu muncul orang-orang kuat sebagai tuan tanah yang mengatur pemakaian tanah diwilayah kekuasaannya. Tempat tingga mereka yang disebut kastil atau puri. Kekuasaan mereka ditopang oleh bawahannya. System ini kemudian berkembang luas. Bangsawan menjadi kelompok yang sangat istimewa dan melakukan regenerasi berdasarkan keturunan.
Sesuai dengan penelusuran ensiklopedia feudal atau feudal, merupakan satu istilah yang digunakan pada awal era modern yakni abad ke-17 merujuk pada pengalaman system politik diEropa abad pertengahan. System politik yang terbangun pada masa itu ditentukan oleh perpaduan antar para militer legal maupun tidak atau warlord, tuan tanah, bangsawan raja, yang lantas tersusun hirarki dalam masyarakat yang khas : ada raja, ada bangsawan, tetapi juga ada pelayan dan budak (vassal). Kata kuncinya tetap hirarki.
Menurut fokusnya, kekuasaan politik bersifa local dan personal yang menghasilkan sesuatu “dunia social dari klaim-klaim dan kekuasaan-kekuasaan tumpang tindih” (Anderson, hlm.,1974a, hlm. 149) beberapa diantara klaim-klaim dan kekuasaan ini mengalami konflik; dan tidak ada pemerintah atau Negara yang berdaulat dalam arti yang paling tinggi di atas wilayah dan penduduk yang ada (Bull, 1977, hlm.254). dalam system kekuasaan ini banyak dipenuhi ketegangan, dang sering terjadi perang.
Didunia abad pertngahan, ekonomi didominasi oleh pertanian, dan kelebihan apa pun yang dihasilkan menjadi sasaran klaim-klaim yang bersaing. Klaim yang berhasil menjadi dasar untuk menciptakan dan mempertahankan kekuasaan politik. Tetapi jaringan kerajaan-kerajaan, para pangeran, istri-istri para bangsawan dan pusat-pusat kekuasaan lainnya yang bergantung pada susunan ini diperumit oleh munculnya kekuasaan-kekuasaan alternative di kota-kota kecil dan kota-kota besar. Kota-kota dan federasi kota bergantung pada perdagangan dan manufaktur serta akumulasi modal yang relative tinggi. Mereka mengembangkan struktur-struktur social dan politik yang berbeda dan sering menikmati system-sistem pemerintahan independent yang ditentukan oleh para warganegara.
2. Gilde
Dalam proses perkembangan ekonomi pasar, barang-barang bukan produksi tukang anggota gilde tidak bisa dibendung dan tetap mengalir ke pasar, tetapi benar-benar tidak mudah bersaing dan tetap dibawah nilai-nilai barang produksi tukang anggota gilde. Ini mendorong kaum pekerja kerajinan tangan yang belum sebagai tukang, berusaha mendapatkan “gelar” tukang dari gilde tukang. Sedang untuk mendapatkan “gelar” itu, mereka dan siapa saja harus lebih dulu memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh gilde tukang dan melaksanakannya dengan baik. Syarat itu ialah bahwa orang untuk bisa mendapatkan gelar tukang dari gilde tukang harus lebih dulu menjadi magang tukang dalam gilde tukang. Pekerjaan magang tukang itu ialah membantu pekerjaan tukang tanpa dibayar atau tanpa mendapatkan bagian hasil produksi. Pekerjaannya sebagai magang tukang dianggap sebagai belajar yang merupakan wajib dan keharusanyang harus dilalui dan dipenuhi. Sedang pekerjaannya yang tidak dibayar dianggap sebagai atau merupakan imbalan dari belajarnya. Tetapi pada hakekatnya itu suatu unsur dan merupakan satu penghisapan atas pekerja pembantu oleh tukangnya atau oleh gilde tukang. Selanjutnya menjadi anggota gilde tukang juga tidak mudah. Orang untuk bisa diterima menjadi sebagai anggota gilde tukang harus terlebih dahulu diakui dan mendapat pengakuan dari gilde tukang sebagai tukang.
Gilde tukang dalam mengorganisasi kerjasama anggota-anggotanya, mula-mula hanya dalam bertuk koordinasi. Masing-masing anggota membuat barang yang diperlukan dengan alat kerjanya sendiri. Kapasitas dan kualitas produksi sesuai dengan kemamppuan dan keadaan masing-masing. Hasilnya dipungut sendiri. Disamping itu juga dipungut sebagian untuk keperluan gilde dan lain-lain. Dalam bentuk kerjasama yang demikian, hasil dan kualitas produksi sesama anggota gilde tentunya tidak sama. Hal itu menimbulkan perkembangan yang berbeda bagi kedudukan dan penghidupan antara sesama anggota gilde. Anggota yang alat kerjanya baik, kecakapannya cukup dan kemampuan kerjanya tinggi, bisa mempunyai kedudukan yang kuata dan penghidupan yang baik. Sedang anggota yang alat kerjanya kalah baik, kecakapannya kalah cukup dan kemampuan kerjanya kalah tinggi, bisa berada pada kedudukan yang lemah dan penghidupannya sulit. Tukang-tukang anggota gilde yang lemah kedudukannya dan sulit penghidupannya sering terpaksa minta bantuan gilde atau dari kepala gilde untuk menutup kebutuhan hidupnya dengan jalan pinjam dan sebagainya. Mereka yang sudakh terlibat hutang, biasanya lalu menjadi terikat hidupnya pada gilde atau pada g kepala gilde. Sangat sedikit yang bisa melepaskan diri dari ikatan itu. Pada umumnya tetap terikat dan bahkan tidak sedikit yang akhirnya jatuh karena terpaksa menjual atau mengoperkan alat kerjanya kepada gilde atau kepada kepala gilde untuk menutup hutangnya. Selanjutnya sesudah kehilangan alat kerjanya, sebagai tukang yang sudah tidak lagi memiliki alat kerjanya sendiri, mereka cukup menjadi pekerja “upahan” pada gilde atau pada kepala gilde. Ini merupakan embrio bagi timbulnya buruh dan majikan. Dalam proses perkembangannya, tukang anggota gilde yang kehilangan alat kerjanya dan menjadi pekerja “upahan” pada kepala gilde, lalu menjadi buruh. Sedang kepala gilde menjadi majikan.
Sejalan dengan proses perkembangan kehidupan intern gilde yang demikian itu, dan untuk mengintensipkan serta menyatukan kwalitas produksi, timbullah perubahan sistem kerjasama dalam gilde. Produksi barang tidak lagi dikerjakan oleh seseorang dari awal samapi akhir jadinya, tetapi dikerjakan bersama atas dasarpembagian kerja khusus yang hanya mengerjakan satu jenis atau satu tinggkat pekerjaan dari seluruh pekerjaan pembuatan satu jenis barang. Membuat sepatu tidak seluruh pekerjaan dikerjakan hanya oleh seseorang. Tetapi dibagi-bagi. Seorang hanya khusus memotongi kulitnya. Seorang lagi hanya khusus menjahitnya. Seorang yang lain lagi hanya khusus membuat setengah jadi. Begitu selanjutnya samapi orang lain lagi mengakhiri pekerjaan jadi sepetu. Membuat pakaian, seorang hanya khusus memoting. Seorang lagi menjahit. Seorang lain lagi membuat lubang kancing dan memasang kancingnya.
Mereka (klas produsen, klas saudagar, dan klas tani hamba) bersatu membentuk wadak (organisasi klas) yang disebut gilde untuk melindungi kepentingannya dan untuk melawan klas feodal yang menghhisapnya dan menindasnya.
gilde-gilde (gilde produsen atau pengrajin, saudagar atau gilde barang) mempunyai dua tugas, yaitu tugas keluar mewakili kepentingannya untuk mendapatkan bahan-bahan baku, modal kerja, menjual hasil, produksinya, dan menghadapi penghisapan klas feodal, sedangkan tugas kedlm mengatur produksi bersama. Gilde-gilde itu memiliki pimpinan (manager perusahaan) yang tugasnya mengatur proses produksi dan pertukaran hasil produksi; mengatur proses produksi termasuk mengatur pasokan (pembelian) bahan baku, menentukan jenis barang yang akan diproduksi, menentukan metode kerja memproduksi, mengupayakan modal kerja untuk membiayai proses produksi dan pertukaran, menentukan keterampilan tenaga kerja manusiv (pengrajin atau tukang); sedangkan mengatur pertukaran hasil produksi meliputi menentukan saluran distribusi, negosiasi harga dengan klas saudagar, dan menentukan kualitas hasil produksi dan harga. Gilde menentukan seseorang dapat disebut pengrajin atau tukang atau ahli. Untuk memperoleh gelar tukang atau ahli pengrajin, seseorang harus kerja magang terlebih dahulu dengan pengrajin ahli atau tukang ahli, tanpa memperoleh imbalan apa-apa; hasil kerjanya merupakan uang pendidikan yang harus dibayar; ini merupakan kerja penghisapan dalam sistem gilde.
3. Skolastik
Upaya skolastik abad pertengahan Dalam gambaran historis singkat ini, metode untuk menghubungkan iman dan rasio yang pertama dibahas adalah filsafat Thomistik Gereja Roma Katolikl. Selain persetujuan (assent) pribadi orang percaya, dalam sistem ini iman artinya informasi yang diwahyukan yang ada dalam Alkitab, tradisi, dan suara hidup dari gereja Roma. Akal budi artinya informasi yang dapat diperoleh melalui pengamatan inderawi terhadap alam dan dinterprestasi intelek. Rasionalis abad ke-17 membedakan akal budi (reason) dengan sensasi (inderawi), Thomas membedakan akal budi (reason) dan wahyu. kebenaran akal budi adalah kebenaran yang dapat diperoleh melalui kemampuan indera dan intelek alamiah manusia tanpa bantuan anugrah supranatural.
Kerajaan Roma hidup dari abad ke-18 sampai awal abad ke-19. pada puncaknya, ia mencerminkan suatu usaha, dibawah perlindungan gereja Katolik, untuk menyatukan dan mensentralisir pusat-pusat kekuasaan dunia kristen barat yang terpisah-pisah menjadi suatu kerajaan menjadi suatu kerajaan kristen yang disatukan secara khusus kekuasaan sekular yang aktual dari kerajaan dibatasi oleh struktur-struktur kekuasaan yang kompleks dari eropa feodal disatu pihak dan gereja katolik dipihak lain.
Sepanjang abad pertengahan gereja secara konsisten berusaha menempatkan otoritas spiritual diatas otoritas sekuler dan berusaha mengubah sumber otoritas dan kebijaksanaan yang diakui dari wakil-wakil duniawi ini kepada wakil-wakil duniawi lainnya. Pandangan duniawi (world view) kristen menstransformasikan pertimbangan-pertimbangan tindakan politk dari suatu kerangka duniawi kepada kerangka teologis “ia menegaskan bahwa kebaikan terletak pada ketundukannya terhadap kehendak Tuhan”.
Di susun Oleh :
“Team Pecinta Indonesia”
FISIP UPS Tegal 2009
Sebagai wacana tentang Filsafat abad pertengahan di Eropa.
e-mail : fisipupstegal@gmail.com
Download artikel versi Doc.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, feodalisme adalah system sdsial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan, system social yang menagung-agungkan jabatan atau pangkat dan bukan mengagung-agungkan prestasi kerja, sistemsosial di Eropa pada abad Pertengahan yang ditandai oleh kekuasaan yang besar ditangan tuan tanah.
Dalam id.wikipedia.org, feodalisme adalah sebuah system pemerintahan dimana seorang pemimpin, yang biasanya seorang bangsawan memiliki anak buah banyak yang juga masih dari kalangan bangsawan juga tetapi lebih rendah dan biasa disebut vasal. Para vassal ini wajib membayar upeti kepada tuan mereka. Sedangkan para vassal pada giliran ini juga mempunyai anak buah dan abdi-abdi mereka sendiri yang memberi mereka upeti.
Sejak itu muncul orang-orang kuat sebagai tuan tanah yang mengatur pemakaian tanah diwilayah kekuasaannya. Tempat tingga mereka yang disebut kastil atau puri. Kekuasaan mereka ditopang oleh bawahannya. System ini kemudian berkembang luas. Bangsawan menjadi kelompok yang sangat istimewa dan melakukan regenerasi berdasarkan keturunan.
Sesuai dengan penelusuran ensiklopedia feudal atau feudal, merupakan satu istilah yang digunakan pada awal era modern yakni abad ke-17 merujuk pada pengalaman system politik diEropa abad pertengahan. System politik yang terbangun pada masa itu ditentukan oleh perpaduan antar para militer legal maupun tidak atau warlord, tuan tanah, bangsawan raja, yang lantas tersusun hirarki dalam masyarakat yang khas : ada raja, ada bangsawan, tetapi juga ada pelayan dan budak (vassal). Kata kuncinya tetap hirarki.
Menurut fokusnya, kekuasaan politik bersifa local dan personal yang menghasilkan sesuatu “dunia social dari klaim-klaim dan kekuasaan-kekuasaan tumpang tindih” (Anderson, hlm.,1974a, hlm. 149) beberapa diantara klaim-klaim dan kekuasaan ini mengalami konflik; dan tidak ada pemerintah atau Negara yang berdaulat dalam arti yang paling tinggi di atas wilayah dan penduduk yang ada (Bull, 1977, hlm.254). dalam system kekuasaan ini banyak dipenuhi ketegangan, dang sering terjadi perang.
Didunia abad pertngahan, ekonomi didominasi oleh pertanian, dan kelebihan apa pun yang dihasilkan menjadi sasaran klaim-klaim yang bersaing. Klaim yang berhasil menjadi dasar untuk menciptakan dan mempertahankan kekuasaan politik. Tetapi jaringan kerajaan-kerajaan, para pangeran, istri-istri para bangsawan dan pusat-pusat kekuasaan lainnya yang bergantung pada susunan ini diperumit oleh munculnya kekuasaan-kekuasaan alternative di kota-kota kecil dan kota-kota besar. Kota-kota dan federasi kota bergantung pada perdagangan dan manufaktur serta akumulasi modal yang relative tinggi. Mereka mengembangkan struktur-struktur social dan politik yang berbeda dan sering menikmati system-sistem pemerintahan independent yang ditentukan oleh para warganegara.
2. Gilde
Dalam proses perkembangan ekonomi pasar, barang-barang bukan produksi tukang anggota gilde tidak bisa dibendung dan tetap mengalir ke pasar, tetapi benar-benar tidak mudah bersaing dan tetap dibawah nilai-nilai barang produksi tukang anggota gilde. Ini mendorong kaum pekerja kerajinan tangan yang belum sebagai tukang, berusaha mendapatkan “gelar” tukang dari gilde tukang. Sedang untuk mendapatkan “gelar” itu, mereka dan siapa saja harus lebih dulu memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh gilde tukang dan melaksanakannya dengan baik. Syarat itu ialah bahwa orang untuk bisa mendapatkan gelar tukang dari gilde tukang harus lebih dulu menjadi magang tukang dalam gilde tukang. Pekerjaan magang tukang itu ialah membantu pekerjaan tukang tanpa dibayar atau tanpa mendapatkan bagian hasil produksi. Pekerjaannya sebagai magang tukang dianggap sebagai belajar yang merupakan wajib dan keharusanyang harus dilalui dan dipenuhi. Sedang pekerjaannya yang tidak dibayar dianggap sebagai atau merupakan imbalan dari belajarnya. Tetapi pada hakekatnya itu suatu unsur dan merupakan satu penghisapan atas pekerja pembantu oleh tukangnya atau oleh gilde tukang. Selanjutnya menjadi anggota gilde tukang juga tidak mudah. Orang untuk bisa diterima menjadi sebagai anggota gilde tukang harus terlebih dahulu diakui dan mendapat pengakuan dari gilde tukang sebagai tukang.
Gilde tukang dalam mengorganisasi kerjasama anggota-anggotanya, mula-mula hanya dalam bertuk koordinasi. Masing-masing anggota membuat barang yang diperlukan dengan alat kerjanya sendiri. Kapasitas dan kualitas produksi sesuai dengan kemamppuan dan keadaan masing-masing. Hasilnya dipungut sendiri. Disamping itu juga dipungut sebagian untuk keperluan gilde dan lain-lain. Dalam bentuk kerjasama yang demikian, hasil dan kualitas produksi sesama anggota gilde tentunya tidak sama. Hal itu menimbulkan perkembangan yang berbeda bagi kedudukan dan penghidupan antara sesama anggota gilde. Anggota yang alat kerjanya baik, kecakapannya cukup dan kemampuan kerjanya tinggi, bisa mempunyai kedudukan yang kuata dan penghidupan yang baik. Sedang anggota yang alat kerjanya kalah baik, kecakapannya kalah cukup dan kemampuan kerjanya kalah tinggi, bisa berada pada kedudukan yang lemah dan penghidupannya sulit. Tukang-tukang anggota gilde yang lemah kedudukannya dan sulit penghidupannya sering terpaksa minta bantuan gilde atau dari kepala gilde untuk menutup kebutuhan hidupnya dengan jalan pinjam dan sebagainya. Mereka yang sudakh terlibat hutang, biasanya lalu menjadi terikat hidupnya pada gilde atau pada g kepala gilde. Sangat sedikit yang bisa melepaskan diri dari ikatan itu. Pada umumnya tetap terikat dan bahkan tidak sedikit yang akhirnya jatuh karena terpaksa menjual atau mengoperkan alat kerjanya kepada gilde atau kepada kepala gilde untuk menutup hutangnya. Selanjutnya sesudah kehilangan alat kerjanya, sebagai tukang yang sudah tidak lagi memiliki alat kerjanya sendiri, mereka cukup menjadi pekerja “upahan” pada gilde atau pada kepala gilde. Ini merupakan embrio bagi timbulnya buruh dan majikan. Dalam proses perkembangannya, tukang anggota gilde yang kehilangan alat kerjanya dan menjadi pekerja “upahan” pada kepala gilde, lalu menjadi buruh. Sedang kepala gilde menjadi majikan.
Sejalan dengan proses perkembangan kehidupan intern gilde yang demikian itu, dan untuk mengintensipkan serta menyatukan kwalitas produksi, timbullah perubahan sistem kerjasama dalam gilde. Produksi barang tidak lagi dikerjakan oleh seseorang dari awal samapi akhir jadinya, tetapi dikerjakan bersama atas dasarpembagian kerja khusus yang hanya mengerjakan satu jenis atau satu tinggkat pekerjaan dari seluruh pekerjaan pembuatan satu jenis barang. Membuat sepatu tidak seluruh pekerjaan dikerjakan hanya oleh seseorang. Tetapi dibagi-bagi. Seorang hanya khusus memotongi kulitnya. Seorang lagi hanya khusus menjahitnya. Seorang yang lain lagi hanya khusus membuat setengah jadi. Begitu selanjutnya samapi orang lain lagi mengakhiri pekerjaan jadi sepetu. Membuat pakaian, seorang hanya khusus memoting. Seorang lagi menjahit. Seorang lain lagi membuat lubang kancing dan memasang kancingnya.
Mereka (klas produsen, klas saudagar, dan klas tani hamba) bersatu membentuk wadak (organisasi klas) yang disebut gilde untuk melindungi kepentingannya dan untuk melawan klas feodal yang menghhisapnya dan menindasnya.
gilde-gilde (gilde produsen atau pengrajin, saudagar atau gilde barang) mempunyai dua tugas, yaitu tugas keluar mewakili kepentingannya untuk mendapatkan bahan-bahan baku, modal kerja, menjual hasil, produksinya, dan menghadapi penghisapan klas feodal, sedangkan tugas kedlm mengatur produksi bersama. Gilde-gilde itu memiliki pimpinan (manager perusahaan) yang tugasnya mengatur proses produksi dan pertukaran hasil produksi; mengatur proses produksi termasuk mengatur pasokan (pembelian) bahan baku, menentukan jenis barang yang akan diproduksi, menentukan metode kerja memproduksi, mengupayakan modal kerja untuk membiayai proses produksi dan pertukaran, menentukan keterampilan tenaga kerja manusiv (pengrajin atau tukang); sedangkan mengatur pertukaran hasil produksi meliputi menentukan saluran distribusi, negosiasi harga dengan klas saudagar, dan menentukan kualitas hasil produksi dan harga. Gilde menentukan seseorang dapat disebut pengrajin atau tukang atau ahli. Untuk memperoleh gelar tukang atau ahli pengrajin, seseorang harus kerja magang terlebih dahulu dengan pengrajin ahli atau tukang ahli, tanpa memperoleh imbalan apa-apa; hasil kerjanya merupakan uang pendidikan yang harus dibayar; ini merupakan kerja penghisapan dalam sistem gilde.
3. Skolastik
Upaya skolastik abad pertengahan Dalam gambaran historis singkat ini, metode untuk menghubungkan iman dan rasio yang pertama dibahas adalah filsafat Thomistik Gereja Roma Katolikl. Selain persetujuan (assent) pribadi orang percaya, dalam sistem ini iman artinya informasi yang diwahyukan yang ada dalam Alkitab, tradisi, dan suara hidup dari gereja Roma. Akal budi artinya informasi yang dapat diperoleh melalui pengamatan inderawi terhadap alam dan dinterprestasi intelek. Rasionalis abad ke-17 membedakan akal budi (reason) dengan sensasi (inderawi), Thomas membedakan akal budi (reason) dan wahyu. kebenaran akal budi adalah kebenaran yang dapat diperoleh melalui kemampuan indera dan intelek alamiah manusia tanpa bantuan anugrah supranatural.
Kerajaan Roma hidup dari abad ke-18 sampai awal abad ke-19. pada puncaknya, ia mencerminkan suatu usaha, dibawah perlindungan gereja Katolik, untuk menyatukan dan mensentralisir pusat-pusat kekuasaan dunia kristen barat yang terpisah-pisah menjadi suatu kerajaan menjadi suatu kerajaan kristen yang disatukan secara khusus kekuasaan sekular yang aktual dari kerajaan dibatasi oleh struktur-struktur kekuasaan yang kompleks dari eropa feodal disatu pihak dan gereja katolik dipihak lain.
Sepanjang abad pertengahan gereja secara konsisten berusaha menempatkan otoritas spiritual diatas otoritas sekuler dan berusaha mengubah sumber otoritas dan kebijaksanaan yang diakui dari wakil-wakil duniawi ini kepada wakil-wakil duniawi lainnya. Pandangan duniawi (world view) kristen menstransformasikan pertimbangan-pertimbangan tindakan politk dari suatu kerangka duniawi kepada kerangka teologis “ia menegaskan bahwa kebaikan terletak pada ketundukannya terhadap kehendak Tuhan”.
Di susun Oleh :
“Team Pecinta Indonesia”
FISIP UPS Tegal 2009
Sebagai wacana tentang Filsafat abad pertengahan di Eropa.
e-mail : fisipupstegal@gmail.com
Download artikel versi Doc.
Tag :
abad pertengahan,
Filsafat
0 Komentar untuk "CIRI-CIRI ABAD PERTENGAHAN"