Masalah kemiskinan di Indonesia itu sangat mengerikan, lebih-lebih karena menimpa saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air. Adalah kewajiban kita untuk menghindarkan masyarakat Indonesia dari kelaparan, jangan sampai gambaran penderitaan kelaparan yang terjadi di Afrika menimpa Indonesia. Salah satu kunci utama untuk menghindarkan penderitaan itu menjadi musibah lebih berat adalah keterbukaan dan kelancaran informasi tentang kelaparan dan kemiskinan di tiap daerah.
Sebelum Indonesia terperosok ke dalam krisis ekonomi, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan "hanya" 22,5 juta. Oleh karena pemerintahan Orde Baru gagal menanggulangi krisis ekonomi, maka jumlah orang miskin membengkak menjadi 78,9 juta.
Tingginya angka kemiskinan di
Kemiskinan yang terjadi di Indonesia yang paling mendasar pendidikannya itu sendiri. Sekarang ini sebenarnya kita harus mencari paling akarnya dulu, apakah masalah terdalamnya. pendidikan yang berkualitas akan memiliki sebuah manfaat menghapus kemiskinan. "Manfaat sebuah pendidikan tidak dirasakan sekarang, tapi ke depannya akan terasa untuk negara. Jadi kita harus benahi dulu pendidikan di
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan
Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.
Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Pada intinya pemahaman kemiskinan yang utama mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Penyebab kemiskinan banyak di hubungkan dengan:
· penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
· penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
· penyebab sub-budaya ("subcultural"), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
· penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
· penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Adapun usaha-usaha untuk meminimalisir atau mengurangi adanya kemiskinan antara lain:
- Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak jaman pertengahan.
- Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
- Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Adapun peran pemerintah daerah, masyarakat sekitar tak perlu malu, jika ada warganya yang menderita kemiskinan. Pemerintah daerah dan masyarakat tak perlu menutup-nutupi kenyataan pahit ini, tapi justru membukanya agar seluruh potensi dalam bangsa kita saling bahu membahu bergotong royong untuk saling tolong menolong. Kita tak perlu malu, karena sekarang ini adalah tahun-tahun musibah.
Tahun 1997, Indonesia mengalami musim kemarau yang panjang, hutan-hutan terbakar, krisis moneter, dan banyaknya pemutusan hubungan kerja. Dan dari seluruh musibah itu mulai terasa sekarang, apalagi krisis moneter masih terus berlanjut, sehingga seluruh bahan makanan naik harganya. Kita tak perlu malu, karena ini adalah kenyataan yang harus kita hadapi bersama. Menutup-nutupi masalah ini berarti membiarkan sebagian masyarakat kita yang menderita tambah menderita, tanpa pertolongan.
Adapun usaha dari pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia sejauh ini antara lain Peringatan Hari Antikorupsi sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Desember lalu diperingati secara meriah di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya pemberantasan korupsi yang sedang berjalan di negeri kita. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak, sedikit banyaknya telah membuat para Penyelenggara Negara (PN) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) berpikir panjang untuk melakukan tindak pidana korupsi.
Hal ini jelas merupakan suatu peringatan dini bagi bangsa ini, bahwa pemberantasan korupsi yang gencar dilakukan beberapa tahun belakangan ini masih belum cukup untuk membawa bangsa ini keluar dari sistem koruptif yang akut. Padahal, keberhasilan upaya pemberantasan korupsi merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam memberantas tingkat kemiskinan di
Upaya yang lebih mendasar dan pokok dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia yaitu dengan jalan memajukan pendidikan, karena dengan pendidikan yang maju maka dapat melahirkan generasi-generasi yang cerdas dan berkompeten sehingga angka kemiskinan di Indonesia dapat diminimalisirkan.
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat signifikan karena dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku, dimana nantinya berpengaruh di dalam pergaulan di masyarakat. Kemiskinan di Indonesia dapat di minimalisir yaitu dengan cara pemerataan pembangunan di seluruh wilayah di Indonesia, dengan begitu secara otomatis lapangan pekerjaan menjadi merata di seluruh wilayah tidak hanya terpusat pada satu daerah saja. Penyuluhan terhadap daerah-daerah yang masih terbelakangpun sangat diperlukan guna membuka pikiran dan wawasan mereka terhadap dunia kerja sehingga mereka tidak hanya mencari lapangan pekerjaan tetapi juga dapat membuka lapangan pekerjaan.
Hal utama yang sangat mendasar untuk mewujudnya kesejahteraan di Indonesia sehingga kemiskinan dapat di atasi bahkan terhindarkan yaitu dengan cara membenahi pendidikan yang ada di Indonesia. Dengan mengedepankan dan mengutamakan pendidikan, maka dapat mencetak generasi-generasi muda yang cerdas, terampil dan bermoral. Karena melalui pendidikanlah dunia kerja dapat dikuasai. Dan jika pendidikan di Indonesia telah berhasil maka secara otomatis melahirkan individu-individu yang dapat berfikir matang sehingga dapat menakhlukkan dunia kerja, dengan begitu maka kemiskinan dapat terhindarkan.
0 Komentar untuk "KEMISKINAN DI INDONESIA"